mitos makanan cepat saji
Advertisements

Anda pasti sudah sering mendengar berbagai imej buruk mengenai fast food alias makanan cepat saji. Sebenarnya banyak sekali orang yang masih menyamakan fast food dengan junk food atau makanan sampah. Padahal fast food merujuk pada proses pengolahan makanan yang cepat sedangkan junk food adalah makanan yang mengandung sedikit sekali nutrisi. Jadi sebenarnya fast food sama sekali berbeda dengan yang namanya junk food.

Nasi pecel, siomay, pempek, dan juga martabak yang ada di restoran merupakan jenis fast food. Nasi pecel misalnya, proses masaknya sebenarnya membutuhkan waktu lama. Tapi bisa jadi cepat karena saat dijual di restoran, koki sudah terlebih dahulu menyiapkan bumbu kacang, sayuran rebus, lauk, rempeyek, dan juga nasi. Saat ada pembeli, seluruh bahan tinggal dicampur sehingga bisa disajikan dengan cepat.

Tapi apakah nasi pecel merupakan makanan yang tidak bernutrisi? Tentu saja hal itu tidak benar karena nasi pecel merupakan salah satu makanan bernutrisi seimbang. Masih banyak nih, mitos lain yang salah mengenai fast food. Yuk, kita bongkar satu-satu!

– Di dalam fast food terkandung zat yang membuat ketagihan

Banyak yang bilang kalau di dalam makanan cepat saji seperti ayam goreng tepung yang terkenal di Indonesia, dicampur dengan zat rahasia yang bisa menimbulkan kecanduan. Pada kenyataannya, tidak ada zat semacam itu.

Fast food seperti ayam goreng tepung selalu membuat Anda ketagihan karena dibalur tepung berbumbu dan digoreng hingga kering. Minyak yang meresap pada daging ayam membuat rasanya jadi berkali-kali lipat lebih nikmat. Apalagi kalau makannya dengan cocolan saus keju yang gurih, siapa yang bisa tahan godaannya?

– Banyak gerai fast food yang memakai daging berbahan pengawet

Advertisements

Anda pasti sudah pernah melihat video timelapse yang mempertontonkan burger dari salah satu gerai fast food terkemuka tidak membusuk sama sekali meski sudah disimpan berhari-hari. Hal ini pun menimbulkan anggapan bahwa bahan yang digunakan dalam burger tersebut sudah dicampur dengan bahan pengawet.

Padahal nyatanya, gerai fast food mengolah makanan dengan alat khusus yang bisa membuang kandungan air berlebih di dalam daging. Hal itu membuat daging jadi lebih tahan lama dan tidak cepat busuk, meski dari segi rasa tentu sudah mengalami perubahan jika disimpan selama berhari-hari. Kalau benar daging di gerai fast food menggunakan bahan pengawet, tentu sudah dari dulu tidak mendapat izin dari BPOM.

– Fast food buruk untuk kesehatan

Hmm, kembali lagi ya ke awal tadi. Sebenarnya ini tergantung pada makanan apa yang dikonsumsi, bukan tentang proses masaknya. Daging yang dimasak secara pelan (slow) dengan santan dibanding sayuran yang hanya butuh lima menit untuk merebusnya (fast), akan lebih sehat yang sayuran, bukan?

Bahkan penelitian di Amerika Serikat membuktikan kalau full course dinner di restoran berbintang yang menunya tergolong slow food, memiliki kalori jauh lebih banyak dari satu pake burger, kentang, dan cola. Hal ini dikarenakan full course terdiri dari appetizer, sup, main course, dan juga dessert yang jelas mengandung lebih banyak kalori.

Nah, masih beranggapan kalau fast food itu jahat? Mulai sekarang lebih bijaklah dalam menilai makanan dan jangan lekas termakan mitos yang tidak benar.

Advertisements